Try using it in your preferred language.

English

  • English
  • 汉语
  • Español
  • Bahasa Indonesia
  • Português
  • Русский
  • 日本語
  • 한국어
  • Deutsch
  • Français
  • Italiano
  • Türkçe
  • Tiếng Việt
  • ไทย
  • Polski
  • Nederlands
  • हिन्दी
  • Magyar
translation

Ini adalah postingan yang diterjemahkan oleh AI.

ShowBuzz

Hoaks yang Menyebar Bersamaan dengan Penegakan Hukum Militer di Korea… Benarkah?

  • Bahasa penulisan: Bahasa Korea
  • Negara referensi: Korea Selatan country-flag

Pilih Bahasa

  • Bahasa Indonesia
  • English
  • 汉语
  • Español
  • Português
  • Русский
  • 日本語
  • 한국어
  • Deutsch
  • Français
  • Italiano
  • Türkçe
  • Tiếng Việt
  • ไทย
  • Polski
  • Nederlands
  • हिन्दी
  • Magyar
Hoaks yang Menyebar Bersamaan dengan Penegakan Hukum Militer di Korea… Benarkah?

Sumber: Komunitas Online

Berita Palsu yang Beredar Bersamaan dengan Penegakan Hukum Militer di Korea Selatan, Apa Sebenarnya?

Pada tanggal 3 lalu, Presiden Korea Selatan, Yoon Suk-yeol, mengumumkan penegakan hukum militer pada pukul 22.30, dan berbagai informasi dan rumor menyebar secara eksplosif di komunitas online dan media sosial. Terutama, gambar-gambar hasil manipulasi seperti ‘foto kendaraan lapis baja’ dan ‘pengumuman jam malam’ menyebar luas dan menimbulkan kekacauan. Meskipun situasi tersebut berakhir pada tanggal 4 dengan dicabutnya penegakan hukum militer, beberapa berita palsu masih menciptakan suasana ketakutan dan memperburuk kekacauan.


Hoaks yang Menyebar Bersamaan dengan Penegakan Hukum Militer di Korea… Benarkah?

Sumber: Komunitas Online

Foto Kendaraan Lapis Baja dan Pengumuman Jam Malam…Fakta Berita Palsu

Segera setelah penegakan hukum militer diumumkan, di komunitas online beredar foto kendaraan lapis baja yang sedang bergerak di pusat kota Seoul, bersamaan dengan gambar hasil manipulasi yang bertuliskan ‘pembatasan lalu lintas setelah pukul 23.00’.

Setelah dilakukan pengecekan, beberapa foto kendaraan lapis baja tersebut ternyata diambil dari situasi yang berbeda di masa lalu, dan pengumuman pembatasan lalu lintas juga terbukti merupakan gambar palsu. Namun, berita palsu ini mendapatkan kepercayaan melalui beberapa media dan memperburuk kekacauan.

Terutama, di platform besar seperti Kakao Daum dan Naver, beredar rumor tentang sensor kata kunci dan sensor internet yang berkaitan dengan penegakan hukum militer. Namun, klaim ini tidak benar, dan pihak platform membantahnya.


Hoaks yang Menyebar Bersamaan dengan Penegakan Hukum Militer di Korea… Benarkah?

Sumber: Komunitas Online

Latar Belakang dan Penanganan Penyebaran Berita Palsu

Segera setelah penegakan hukum militer diumumkan, di beberapa komunitas Kakao Daum, orang-orang membentuk jaringan komunikasi darurat seperti Discord atau Telegram untuk mengantisipasi sensor internet. Di komunitas tertentu, muncul pengumuman yang melarang penggunaan kata kunci terkait politik, dan rumor tentang dimulainya ‘sistem pengawasan’ menyebar.

Di Daum Cafe, muncul dugaan bahwa kata kunci tertentu tidak ditampilkan dalam peringkat tren, tetapi pejabat Kakao menyatakan bahwa “tren ditentukan berdasarkan lalu lintas,” dan membantah klaim tentang sensor akibat sistem pengawasan setelah penegakan hukum militer.

Naver juga mengalami kesalahan akses pada layanan berita dan kafe pada waktu yang sama, dan muncul dugaan bahwa sensor telah dimulai. Namun, pihak Naver menjelaskan bahwa hal itu adalah “kesalahan sementara karena lonjakan lalu lintas” dan membantah tuduhan sensor.


Penegakan Hukum Militer dan Kekacauan Informasi…Implikasinya

Kejadian penegakan hukum militer ini menunjukkan seberapa cepat berita palsu dapat menyebar dalam situasi darurat dan menyebabkan kekacauan besar di kalangan masyarakat. Terutama, informasi palsu seperti foto kendaraan lapis baja yang bergerak dan pengumuman pembatasan lalu lintas telah melampaui sekadar rumor dan memengaruhi beberapa laporan media.

Naver dan Kakao, platform utama, secara aktif memberikan klarifikasi bahwa “tidak ada sistem sensor”, tetapi penyebaran berita palsu telah menciptakan kecemasan di banyak orang. Ini menjadi pengingat akan pentingnya kredibilitas informasi dan sumber yang terverifikasi dalam situasi darurat.


Apa itu Penegakan Hukum Militer di Korea Selatan?

Sekitar pukul 22.25 pada tanggal 3 Desember 2024, Presiden Korea Selatan, Yoon Suk-yeol, mengumumkan penegakan hukum militer di seluruh negeri.

Latar Belakang dan Isi Pengumuman Penegakan Hukum Militer

Presiden Yoon mengklaim bahwa ‘kelompok anti-negara’ mencoba untuk menggulingkan pemerintahan, dan mengkritik partai oposisi, Partai Demokrat Bersama, karena berupaya ‘melumpuhkan’ pemerintahan dengan rencana pemotongan anggaran 2025. Ia menyebutnya sebagai ‘upaya untuk menggulingkan sistem demokrasi liberal’ dan menyatakan bahwa ia mengumumkan penegakan hukum militer untuk ‘memberantas kelompok anti-negara komunis yang tidak bermoral dan menjaga tatanan konstitusional yang bebas’.

Sekitar satu jam kemudian, Jenderal Park An-su, Kepala Staf Angkatan Darat, yang ditunjuk Presiden Yoon sebagai komandan penegakan hukum militer, mengumumkan bahwa penegakan hukum militer nomor 1 mulai berlaku pukul 23.00. Perintah ini termasuk larangan semua kegiatan politik, pengendalian media, larangan pemogokan dan demonstrasi.

Reaksi dan Hasilnya

Pengumuman penegakan hukum militer tersebut langsung menimbulkan reaksi keras. Baik politisi dari partai pemerintah maupun oposisi, serta rakyat turun ke jalan untuk memprotes. Anggota parlemen mengadakan pertemuan darurat dan meloloskan resolusi yang menuntut pencabutan penegakan hukum militer.

Akhirnya, sekitar pukul 04.30 tanggal 4 Desember, Presiden Yoon dan kabinet mencabut penegakan hukum militer. Dengan demikian, penegakan hukum militer berakhir hanya dalam waktu sekitar 6 jam.

Tindakan Lanjutan

Setelah pencabutan penegakan hukum militer, partai oposisi memulai proses pemakzulan terhadap Presiden Yoon, dan bahkan kepemimpinan partai yang berkuasa menuntut agar Presiden Yoon mengundurkan diri dari partai. Menteri Pertahanan dan beberapa pejabat tinggi lainnya mengundurkan diri, dan penyelidikan terhadap perwira militer yang terlibat dalam penegakan hukum militer dimulai.

Peristiwa ini menimbulkan kekhawatiran tentang stabilitas politik dan demokrasi di Korea Selatan, dan menarik perhatian masyarakat internasional.


Perbedaan Utama Antara Partai Pemerintahan dan Oposisi

1. Definisi:

  • Partai Pemerintahan: Partai tempat Presiden bernaung, menjalankan pemerintahan bersama-sama dengan pemerintah.
  • Partai Oposisi: Partai selain partai pemerintahan, berperan untuk mengawasi dan mengontrol partai pemerintahan.

2. Peran:

  • Partai Pemerintahan: Bekerja sama dengan Presiden dan pemerintah untuk merumuskan dan melaksanakan kebijakan negara.
  • Partai Oposisi: Mengkritik kebijakan partai pemerintahan, memberikan alternatif, dan menjaga keseimbangan.

3. Tanggung Jawab:

  • Partai Pemerintahan: Bertanggung jawab utama atas penyelenggaraan pemerintahan, dan akan menerima kritik jika gagal.
  • Partai Oposisi: Bertanggung jawab untuk mengawasi partai pemerintahan dan menunjukkan kesalahan yang dilakukan.

4. Hubungan Kekuasaan:

  • Partai Pemerintahan: Berada di pihak yang sama dengan Presiden sehingga lebih mudah untuk melaksanakan kebijakan.
  • Partai Oposisi: Mengawasi partai pemerintahan dan terkadang menentang kebijakan pemerintah.

Perbedaan-perbedaan ini membuat partai pemerintahan dan oposisi saling menyeimbangi dan berkontribusi pada perkembangan demokrasi.

ShowBuzz
ShowBuzz
ShowBuzz
ShowBuzz